Indonesia sudah dikenal sebagai kepulauan (archipelago) terbesar di dunia yang memiliki ragam sumber daya alam yang dicintai dan dicari oleh mancanegara.
Sudah tidak heran lagi bahwa biji kakao dan coklat pun telah menjadi salah satu sumber daya alam yang di ekspor ke setiap sisi dunia. Selama bertahun-tahun, cokelat telah menjadi salah satu makanan terfavorit di seluruh dunia.
Pohon kakao, sebagai sumber utama biji kakao, menjadi tanaman yang banyak dicari dan karenanya dibudidayakan di berbagai daerah, terutama di negara-negara dekat khatulistiwa termasuk Indonesia.
Dari tiga (3) tipe kategori biji kakao yang dimiliki Indonesia hingga kakao yang dijuluki sebagai cokelat terbaik di dunia dari Banyuwangi.
Di Indonesia biji kakao diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu; Criollo, Forastero, dan Trinitario.
Diakui sebagai biji kakao dengan kualitas terbaik di dunia, meskipun hasilnya lebih rendah dibandingkan dengan jenis biji kakao lainnya. Criollo Cacao saat ini hanya menghasilkan 0,01% dari semua kakao yang ditanam di dunia.
Criollo adalah varietas kakao yang sangat langka dan berharga yang terancam punah selama bertahun-tahun. Ini adalah kakao suku Maya dan Aztec, yang budidayanya semakin ditinggalkan karena hasil panennya yang rendah. Ini adalah kakao yang lembut dan hanya menghasilkan 0,01% dari produksi kakao global.
Namun, kualitas kakao ini tidak ada bandingannya: tidak adanya tanin, yang biasanya memberikan rasa pahit dan astringen, memberikan rasa krim, manis, dan bulat yang unik pada kakao Criollo.
Varietas kakao yang paling umum digunakan, membentuk 90% dari produksi dunia. Biji kakao Forastero mungkin berasal dari Lembah Amazon. Tumbuh di beberapa negara Amerika Selatan, termasuk Peru, Ekuador, Kolombia, Brasil, Guyana, dan Venezuela, serta di Afrika dan Asia Tenggara (Indonesia).
Biji kakao Forastero adalah varietas yang paling banyak ditanam, terhitung sekitar 70-80% dari total produksi kakao dunia, tetapi kualitasnya tidak setinggi varietas Criollo. Ciri-cirinya antara lain: sangat atau sangat pahit, sangat aromatik, sangat astringen dan tinggi tanin.
Dikenal sebagai kakao hibrida terbaik di dunia. Kakao Trinitario hadir dalam berbagai varietas, menonjolkan rasa kakao basal yang baik dengan sedikit rasa buah atau bunga.
Muncul setelah hampir kehancuran perkebunan criollo Trinidad oleh badai pada tahun 1727. Biji Forastero dibawa dari Venezuela dan dibuahi silang dengan biji criollo asli yang menghasilkan trinitario. Ditemukan terutama di Karibia tetapi juga di Venezuela dan Kolombia. Mewakili sekitar 12% dari produksi kakao dunia.
Pohon kakao merupakan salah satu produk ekspor pertanian yang paling berharga di Indonesia. Dalam 25 tahun terakhir partisipasi petani lokal dan kecil di Indonesia membawa pertumbuhan luar biasa dalam industri kakao.
Kontribusi yang besar dari para petani ke industri kakao Indonesia berdampak kepada produksi kakao nasional, hingga mengalahkan perkebunan yang besar maupun swasta. Saat ini Indonesia memiliki sekitar 1,5 juta hektar perkebunan kakao.
Perkebunan kakao di Indonesia mayoritas terdapat di daerah: Sulawesi, Jawa Barat, Papua, Kalimantan Timur, dan Sumatera Utara. Tetapi produksi terbesar terdapat di Sulawesi dengan 75% dari total produksi kakao di Indonesia.
Tahun 2009, ada perlambatan dalam industri produksi kakao di Indonesia dari beberapa faktor mulai dari penuaan pohon kakao, pertanian yang sedikit, dan bahan-bahan tanam yang kurang mencakupi.
Setelah itu, pemerintah mencanangkan program rehabilitasi kakao selama 5 tahun, yang mencakup total 450 ribu hektare kebun kakao. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah berhasil membuat kemajuan di industri kakao. Dengan lebih banyak investasi, pemerintah bertujuan untuk mencapai target produksi satu juta ton per tahun.
Kakao menempati urutan ke-4 di Indonesia dengan pendapatan devisa terbesar dari pertanian (produk unggulan lainnya adalah karet, kelapa, dan minyak sawit). Tetapi sebagian besar waktu, biji mentah diekspor daripada kakao olahan.
Negara-negara utama pengimpor biji kakao Indonesia antara lain Amerika Serikat, Singapura, dan Malaysia.
Dari tahun 2010-2013, Indonesia telah memproduksi dan mengekspor kakao sebanyak 575.000 ton.
Iya betul, salah satu coklat terbaik berasal dari Indonesia, tepatnya di Banyuwangi di Perkebunan Kendeng Lembu, Kecamatan Glenmore, yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII.
Namanya kakao edel dan dikenal sebagai fine kakao atau kakao murni. Karena edel memiliki cita rasa tersendiri yang beda atau tidak sama dengan kakao pada umumnya. Selain itu, treatment atau pengolahan pada kakao eden berdeda dengan pengolahan kakao biasa.
Kakao edel memerlukan teknik budidaya yang cukup intensif dibandingkan kakao lainnya, dan kualitasnya yang premium karena persilangan dari beberapa kakao lainnya.
Di kutip dari Kumparan Travel (www.kumparan.com), – Kakao edel memiliki citarasa yang sangat baik sehingga di pasaran dunia diminati dengan harga tinggi. “Fine kakao itu hanya ada di Indonesia. Harganya (biji kakao) bisa mencapai delapan dolar Amerika Serikat (AS) per kilonya. Kalau (kakao) bulk hanya berkisar 2,5 sampai 3 dolar AS saja,” kata Roy Situmorang, pengelola perkebunan Kedeng Lembu.
Sekarang kita sudah ketahui lebih dalam bahwa di Indonesia, coklat dan kakao menjadi makanan atau sumber yang dicari mancanegara, bahkan dengan harga fantastis.
Mari terus mendorong, melestarikan, dan membudidayakan produk dan sumber milik Indonesia!