Masyarakat Sunda dikenal memiliki berbagai kebiasaan dan tradisi unik yang mencerminkan kekayaan budaya lokal. Dari cara berbicara hingga gaya hidup sehari-hari, ada banyak hal menarik yang bisa ditemukan dalam keseharian orang Sunda.
Salah satu ciri khas yang cukup dikenal adalah pelafalan huruf F menjadi P. Meski tidak semua orang Sunda melakukannya, hal ini berakar dari aksara Sunda Kuno (Kaganga) yang memang tidak mengenal huruf F atau V, melainkan hanya P. Kebiasaan ini telah berlangsung ratusan tahun, meski kini mulai berubah seiring masuknya pengaruh bahasa Indonesia modern.
Fakta menarik berikutnya adalah kegemaran orang Sunda dalam menyantap lalapan, yaitu sayuran segar yang biasanya disajikan bersama sambal. Lalapan menjadi pelengkap wajib dalam kuliner khas Sunda dan telah menjadi kebiasaan turun-temurun berkat tanah Sunda yang subur dan kaya hasil pertanian.
Lalapan tak hanya sekadar makanan, tapi juga bagian dari gaya hidup sehat masyarakat Sunda. Sayur segar seperti mentimun, kemangi, dan kol menjadi menu sehari-hari yang murah, mudah didapat, dan bernilai gizi tinggi.
Tradisi makan bersama yang disebut botram juga menjadi cerminan budaya kekeluargaan orang Sunda. Botram dilakukan dengan cara lesehan di alam terbuka, di mana setiap peserta membawa makanan dari rumah untuk disantap bersama.
Botram bukan hanya tentang makan, tapi juga tentang kebersamaan. Melalui tradisi ini, masyarakat Sunda menjaga nilai gotong royong, mempererat hubungan sosial, dan merayakan kebersamaan dalam suasana santai dan hangat.
Di balik kesederhanaannya, tradisi dan kebiasaan masyarakat Sunda menyimpan nilai-nilai luhur seperti kesopanan, kebersihan, dan keakraban. Hal ini menjadikan budaya Sunda tetap hidup dan dicintai lintas generasi.
Mengenal lebih dekat masyarakat Sunda berarti memahami bagaimana budaya lokal mampu bertahan dan beradaptasi di tengah arus modernisasi—tanpa kehilangan identitas aslinya.