Dari 7 motif Batik Solo masing-masing punya ciri khas yang berbeda. Namun Batik Solo selalu memiliki warna kecoklatan. Pada awalnya, setiap Batik Solo memiliki kegunaan dan filosofi yang berbeda. Ada yang digunakan untuk perang ada juga yang digunakan untuk acara pernikahan.
Pada zaman sekarang, jenis Batik Solo yang beragam ini digunakan oleh beragam masyarakat di Indonesia sebagai pakaian batik sehari-hari. Bisa digunakan untuk acara formal seperti kondangan dan bisa juga digunakan untuk kegiatan kantor dalam keseharian mereka.
Batik Motif Kawung
Kawung dalam Bahasa Jawa adalah pohon aren atau kolang-kaling. Batik Kawung ini motifnya bulat-bulat dan lonjong seperti kolang-kaling. Pada awalnya motif batik ini sering digunakan oleh karyawan kantoran, namun sekarang sudah dipakai dengan bermacam kombinasi dan gaya.
Batik Motif Parang
Kata Parang berasal dari kata pereng yang berarti lereng atau sisi tanah yang miring, seperti bentuk huruf “S” yang ada dalam batik Parang. Awalnya batik ini digunakan untuk para prajurit yang berpergi perang, sekarang ini batik motif Parang sudah biasa digunakan untuk acara.
Batik Motif Sidomukti
Kata sido dalam Bahasa Jawa artinya “jadi” dan mukti artinya “makmur” dimana motif batik ini sering digunakan oleh pengantin Jawa, khususnya di daerah Solo.
Batik Motif Sawat
Inspirasi dari batik ini adalah sawat atau sayap. Pada awalnya motif ini digunakan oleh para raja dan keluarganya karena dianggap sakral karena dikaitkan dengan burung Garuda.
Batik Motif Satrio Manah
Satrio Manah diartikan sebagai kesatria yang membidik pasanganya dengan panah. Motif batik ini sering digunakan oleh wali pengantin pria dalam prosesi lamaran mempelai wanita.
Batik Motif Truntum
Batik yang satu ini bermakna penuntun atau Truntum. Batik ini biasanya digunakan oleh perempuan Solo yang sudah menjadi ibu dengan harapan dapat menjadi seorang penunutun bagi anak-anaknya.
Batik Motif Semen Rante
Batik Motif Semen Rante menunjukan ikatan yang kuat, batik ini sering digunakan oleh perempuan yang akan dinikahi. Motif ini dikaitkan dengan tribuwana, yaitu ajaran tentang adanya 3 dunia, dunia atas (para dewa), dunia tengah (para manusia, dan dunia bawah.